Sebulan
terakhir ini merupakan waktu yang sangat melelahkan, dan lumayan harus melewati
beberapa "turbulences." Setelah menulis dua laporan in-depth tentang
tata pemerintahan Kabupaten Bandung, ternyata laporan itu memancing
gonjang-ganjing karena paduka bupati Bandung
tidak suka karya jurnalisme saya. Hasil akhirnya, saya pindah pos dari wilayah
Kabupaten Bandung
ke liputan pemerintah Provinsi Jabar.
Tapi
saya mensyukuri kepindahan itu, karena wilayah liputan saya menjadi jauh lebih
dekat ke rumah, dan bisa kembali dekat dengan teman-teman wartawan di Kota Bandung ,
sekaligus juga bisa kembali aktif mengurusi FDWB.
Hanya
beberapa waktu setelah pindah ke pos liputan di Pemprov Jabar, teman saya yang
sudah menjadi asred, Hazmir, meminta saya untuk menulis di halaman Selisik
Pikiran Rakyat. Saya diberi space empat halaman penuh. Hazmir meminta saya
untuk menulis laporan in-depth tentang pinjaman hutang pemerintah Indonesia ke ADB, yang kabarnya digunakan untuk
Citarum, tapi ternyata hanya akan menguntungkan Jakarta . Saya hanya punya waktu seminggu
untuk menulisnya. Untung saya sudah melakukan penelitian sejak Juli 2008,
sehingga dalam waktu seminggu tulisan itu selesai dibuat. Judulnya
"Menggadaikan Citarum untuk Jakarta ."
Setelah
menyelesaikan tulisan itu, saya merasakan lelah yang bukan main. Bayangkan
empat halaman koran diisi sendirian, dengan sedikit bantuan liputan dari
Bekasi. Setelah saya satukan, panjang liputan itu 22 halaman A4 dengan spasi 1.
Tapi, sungguh, sangat menyenangkan bisa kembali menulis liputan in-depth dengan
isu yang serius.
Sehari
setelah tulisan panjang itu terbit, desk editor menelpon saya dan menugaskan
saya untuk pergi ke Desa Kanekes, kediaman suku Baduy, untuk liputan pemilu di sana . Pergi ke Baduy
Selasa malam, menginap semalam di Serang, rabu pagi langsung berangkat ke
Kabupaten Lebak, diteruskan ke Desa Kanekes. Sepanjang Rabu sore, saya habiskan
untuk jalan-jalan sepanjang 8 kilometer pulang pergi ke Kampung Gajeboh,
melihat keindahan alam, melintas di jembatan bambu yang melintang di atas
Sungai Ciujung, sekaligus mengagumi kebersahajaan penduduk Baduy.
Selama
dua hari melakukan liputan dan menghasilan satu feature yang lumayan panjang.
Selesai menulis langsung pergi ke Kampung Batara, yang juga masih kampung suku
Baduy. Jalan-jalan dan menikmati segarnya berenang di Sungai Cisimeut, di bawah
jembatan akar pohon.
Jumat
pagi, saya sudah tiba lagi di Bandung .
Tidur terus-terusan sampai Sabtu. Sabtu sore, saya dapat email dari Ateneo de
Manila University di Filipina. Saya diundang untuk hadir di forum jurnalisme
Asia untuk membahas tentang dampak krisis global bagi bisnis media dan praktik
jurnalisme, pada 18-19 Mei 2009 di kampus Ateneo di Loyola, Pasig City ,
Metro Manila. Semua biaya perjalanan, makan, dan akomodasi akan ditanggung
panitia. Mengasyikan kan ?
Secara
keseluruhan, dalam sebulan terakhir ini saya diberi banyak pelajaran dan
pengalaman baru, juga dipaksa untuk bisa berpikir jernih dalam situasi apa pun.
Dan setelah masa-masa yang panjang dan penuh lika-liku dalam karir, saya bisa
kembai menikmati pekerjaan sebagai wartawan. Dan sebelum tahun ini berakhir,
saya sudah melebihi target yang saya tetapkan. Februari kemarin saya memiliki
resolusi, tahun ini setidaknya harus menulis satu lagi investigative report dan
terbang entah ke mana. Nyatanya, di bulan ke empat saya sudah menulis tiga
investigative report, dan akan segera terbang ke Manila .
Rasanya
saya sudah back on the track for one more time. It is always nice to feel that
way.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar